Jadi, Kenapa Harus Menulis?
Friday, August 26, 2016
Sejak mulai aktif menulis zaman SMP dulu saya sudah sering
mendapatkan pertanyaan seperti itu.
Kenapa menulis? Dan apa yang bisa didapatkan dari
tulis-menulis?
Jawaban saya sejak dulu juga nggak berubah. Tetap sama.
Saya menulis karena saya merasa menulis adalah passion saya. Setiap kali
menulis, rasanya kok nyaman banget. Saya bisa explore semua imajinasi yang ada dalam fikiran saya.
Seiring bertambahnya usia, saya mulai berfikir lain.
Menulis bukan hanya soal passion. Tapi
saya bisa hidup dari setiap tulisan yang saya buat.
Tepatnya waktu saya duduk di kelas 2 SMA, saya mulai
menulis untuk salah satu media cetak di Tasikmalaya. Waktu itu saya masih jadi
reporter sekolah. Ada banyak hal yang saya pelajari selama menjadi reporter,
tentu saja tentang bagaimana tulisan bisa berarti banyak untuk orang lain.
Dari sana saya mulai mendapatkan jawaban lain untuk
pertanyaan di atas.
Kenapa harus menulis?
Karena dengan menulis kita bisa mengedukasi maupun memberi
informasi kepada banyak orang.
Dengan menulis kita bisa memberi.
Saya tidak pernah bosan membaca blog-blog para blogger indonesia. Saya menyukai setiap
tulisan mereka. Terlepas dari apapun tema blog mereka. Semakin saya banyak
membaca, semakin saya tahu tentang segala hal.
Selain membaca blog ataupun bacaan artikel di koran online, caption di instagrampun tak
luput dari perhatian saya. Banyak informasi yang bisa saya dapatkan, walaupun
hanya dari sebuah caption instagram.
Salah satu yang sedang menjadi viral adalah caption pada
foto seorang kakek yang berprofesi sebagai driver
Gojek. Foto itu awalnya di posting oleh sebuah akun dengan nama @nie_nha.
Kita bisa berterimakasih pada kemajuan teknologi yang begitu
pesatnya. Sehingga kehadiran instagram sebagai si-hasil-kemajuan-teknologi bisa
memberi begitu banyak. Walau hanya caption
singkat, tapi tulisan tersebut bisa mengubah sebuah kondisi. Sangat mengubah.
Lewat caption
singkat dan foto di instagram itu banyak orang yang mulai menunjukan
kepeduliannya terhadap kakek dalam foto tersebut. Siapa yang tidak akan
tergugah hatinya jika mengetahui bahwa ketidakmampuan melakukan setting aplikasi ponsel, membuat kakek driver gojek ini sepi pelanggan.
![]() |
http://www.kabarmakkah.com/2016/08/mengharukan-tak-tahu-cara-setting.html |
Sejak diunggah di instagram, menjadi viral dan menarik
perhatian banyak orang, cerita soal kakek driver
gojek ini membuat banyak orang tertarik untuk menulis sebuah artikel dari kisah mengharukan ini dan menyebarkannya di media sosial. Dan disanalah keajaiban
sebuah tulisan.
Walaupun bukan memberi dalam bentuk materi, tapi tulisan
dalam caption @nie_nha itu sudah
membuat kakek driver gojek tersebut menjadi perhatian banyak orang yang ingin
membantunya.
Dan saya semakin yakin, setiap kali kita menulis, kita bisa
mengubah kondisi atau bahkan memberi. Setiap kali menyadari hal tersebut saya
sendiri selalu lebih semangat lagi untuk mengasah skill menulis saya yang memang belum seberapa.
Saya percaya, menulis bukan hanya tentang merangkai kata.
Menulis bukan hanya sekedar hobby.
Tapi lebih dari itu.
Saat ini saya sedang belajar soal copy writer. Salah satu
profesi yang memanfaatkan tulisan sebagai media promosinya. Wawasan saya
tentang menulispun semakin luas.
Jadi selain menjadi media edukasi dan media informasi,
menulis juga bisa menjadi media promosi yang luar biasa. Dalam bidang yang
sedang saya kerjakan saat ini, saya dituntut untuk membuat tulisan yang bisa
mengajak atau bahkan mempengaruhi pembaca untuk mencoba produk yang saya
review.
Tulisan memang bisa menjadi iklan yang potensial. Itu
sebabnya saya tidak pernah ingin berhenti menulis.
Saya tidak pernah bosan untuk menulis dan mengirimkan tulisan saya ke
majalah-majalah populer di Indonesia. Walaupun belum ada hasilnya, saya tetap
tidak berhenti mencoba. Tidak ada proses yang mudah. Itu kenyataannya.
Dan diawali dengan rasa penasaran, akhirnya saya mulai
googling-googling event-event lomba menulis di internet. Dan akhirnya saya mulai
bergabung dengan beberapa grup penerbit
indie di beberapa kota di indonesia melalui facebook. Salah satunya, writting
public share.
Penerbit-penerbit indie tersebut biasanya memang sering
mengadakan lomba-lomba menulis yang biasanya hadiahnya memang lumayan. Dan tulisan
kitapun bisa dibukukan.
Singkat cerita, saya ikut lomba menulis cerpen 4 mb yang
diadakan wrtting public share. Hadiah utamanya nggak tanggung-tanggung waktu
itu. Diskon biaya umroh untuk juara 1. Tapi dari awal saya memang nggak
muluk-muluk sih. Pertama ikut lomba dengan jam terbang yang belum seberapa,
belum lagi cerpen yang saya tulis masih acak-acakan penulisannya.
Hasilnya? Yah, saya memang nggak jadi pemenang waktu
itu. Nggak jadi juara 1, 2 atau 3. Tapi dari sekian ratus naskah cerpen, naskah saya lolos jadi kontributor, yang
artinya naskah sederhana saya yang nggak-seberapa-bagusnya tadi itu juga bakal
dibukukan bareng sama para juara. Masyaalloh saya bahagia waktu itu.
Membayangkan tulisan saya, cerpen saya bisa adal dalam versi cetak menjadi
sebuah kumcer atau kumpulan cerpen. Saya nggak sabar nunggu bukunya jadi dari
percetakan dan taraaa...akhirnya buku kumcer saya dan teman-teman kontributor
lainpun jadi. Seperti ini penampakannya.
![]() |
Cover depan |
![]() |
Cover belakang, nama-nama kontributor dicantumkan |
![]() |
Cerpen Versi Cetak Saya dalam Kumcer Writting Public Share |
Hasil dari ikut event lomba seperti itu justru membuat
semangat menulis saya semakin naik lagi. Saya lebih explore lagi kemampuan saya
menulis, karena saya sadar menulis memang sudah menjadi kebutuhan untuk saya.
Jadi, untuk apa menulis?
Jawabannya sekarang, menulis untuk banyak hal. Menulis
untuk menghasilkan banyak hal-hal postif untuk saya maupun pembaca tulisan
saya.
Dan kalau ditanya apa harapan saya saat ini?
Of course, naskah novel yang sedang saya kerjakan saat ini
bisa tembus ke penerbit mayor dan menjadi best seller atau lebih. Amin.
0 komentar
Hi Terimakasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya :)
Tapi jangan kasar-kasar, jangan ada link hidup juga karena udah pasti aku block.
komentar ya baik-baik aja, kritik boleh tapi sampaikan dengan bahasa yang baik. salam :)