Aku tidak pernah...
Monday, April 06, 2015
Aku tidak pernah berharap untuk memiliki yang
sempurna. Karena akupun sadar, aku jauh dari kata sempurna. Pribadiku belum
baik untuk bisa mendapatkan seseorang yang sempurna. Attitudeku masih minus,
dan yang paling utama, adalah tingkat kefahamanku kepada sang pencipta belum
maksimal.
Aku tau diri Tuhan.
Karena terkadang pekerjaan dunia membuatku harus
menunda kewajiban 5 waktuku.
Karena terkadang segala tetek bengek kehidupan
membuatku lalai tidak datang mengaji ke ‘rumahMu’
Karena terkadang, membaca Al-qur’an saja tidak
mampu lebih dari setengah jam, sedangkan membaca Buku nyaris kulakukan
sepanjang waktu senggangku.
Aku tau Tuhan, betapa minusnya aku dimataMu.
Bagaimana mungkin aku bisa meminta jodoh terbaik
kepadaMu?
Menurutku, hanya orang yang sombong yang selalu
mencari kesempurnaan tanpa berusaha merubah dirinya menjadi lebih baik. Ingat,
jodoh itu cerminan diri kita sendiri. Kalo kitanya masih ngoyo ibadahnya, ya jangan berharap dapet orang yang sempurna
secara akhirat dan dunianya. Walaupun bisa saja, tapi sepertinya kemungkinannya
hanya sekitar 5-20 % saja.
Berkali-kali pacaran dan selesai di tengah
jalan, membuat mindset berfikirku berubah. Putus nyambung terus-terusan
sepanjang tahun kemarin sama Ko wahyu seperti tamparan keras dari sang pencipta,
karena seharusnya aku berjuang untuk memperbaiki diriku, lebih meningkatkan
ibadahku, bukannya sibuk menjalani hubungan yang ntah apa namanya bersama
seseorang yang lebih senang aku sebut ‘Malaikat hatiku’, Wahyu MA.
Ntah lah, rasanya lebih nyaman seperti ini.
Berteman baik dengan mantan yang berakhir baik. Tanpa gangguan masa lalu, tanpa
rasa bersalah dalam hati, tanpa keharusan bersikap selayaknya pacar di depan ko
wahyu.
Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak mengharapkan
yang sempurna. Aku merasa minus untuk bersama ko wahyu. Dengan segala
kelabilanku. Dengan segala ketidakpastianku. Dengan segala kesakitan dan
ketidak-konsistenanku yang seringkali membuatnya larut dalam sakit.
Maka dari itu, aku lebih memilih untuk mengambil
‘me time’ ku yang sebelumnya aku gunakan bersama pacarku dan menggunakannya
untuk bekerja lebih keras lagi, berusaha lebih kuat lagi demi cita-cita
kesuksesan di usia muda.
Ada banyak hal yang lebih penting saat ini
selain sekedar mencari pacar.
Keinginan orangtua melihat anaknya jadi sarjana.
Keinginan pribadi untuk mempersembahkan
kesuksesan demi orangtua dan keluarga terhebat.
Berbagi bersama oranglain dengan kegiatan sosial
Mimpi, obsesi dan keharusan yang harus sesegera
mungkin direalisasikan.
Tapi kemudian Tuhan
mengirimkan seseorang kembali dalam hidupku. Bedanya, dia tidak memintaku untuk
menjadi pacarnya. Tidak sedikitpun. Dia hanya memintaku untuk menunggu
sementara dia bekerja keras untuk menghalalkanku. Dia berdiri di atas kakinya
sendiri. Berjuang mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk memintaku secara
langsung kepada kedua orangtuaku. Bukankah ini cara yang lebih indah ?
Aku memang tidak
pernah berharap mendapatkan yang sempurna. Tapi Tuhan dengan segala
kebesaranNya memberikan seseorang dengan pola fikir terbaik untukku.
Dan aku bersyukur.
Sangat bersyukur
Walau terkadang aku
bingung, apakah jenis hubungan ini disebut ta’aruf ? atau sekedar menghindari
dosa dengan mengagungkan pernikahan ?
Walau terkadang aku
ragu, benarkah semua akan seindah dalam harapanku?
Aku belum bisa
menjamin bahwa jodohku saat ini adalah seseorang yang sedang berjuang demi
menghalalkanku saat ini.
Tapi dengan semua
keraguan dan kebingunganku saat ini aku selalu berharap yang terbaik –bukan
yang sempurna- untukku dimata sang pencipta.
Karena jodoh,
rahasia Tuhan.
0 komentar
Hi Terimakasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya :)
Tapi jangan kasar-kasar, jangan ada link hidup juga karena udah pasti aku block.
komentar ya baik-baik aja, kritik boleh tapi sampaikan dengan bahasa yang baik. salam :)