Sekelumit Cerita Tentang 'Cinta Tapi Beda'
Sunday, September 21, 2014
Seperti lovelife-lovelife
sebelumnya. Hadinya lovelife ini pasti ada latar belakangnya juga.
Berawal dari kisah masa lalu.
Seberkas kenangan tentang sosok seseorang yang masih ada dalam ingatanku sampai
saat ini.
Yang mencuri beberapa tahun
waktuku dengan goresan-goresan tinta penuh kenangan.
Kenangan manis, kenangan
menyebalkan. Mainstream. Ala-ala pacaran anak sekolah.
Seperti kebanyakan pasangan
lainnya. Hubungan kami punya masalah. Seperti kerikil-kerikil kecil yang selalu
ada dalam setiap kisah cinta. Dimanapun. Dan siapapun.
Mulai dari sifat cueknya dia,
kesibukannya, sifat childishku, manjanya aku yang sering membuat emosinya
meledak-ledak.
Tapi semua kerikil itu tidak
pernah membuat kakiku sakit ketika menapakinya.
Sampai saat aku menyadari
satu hal.
Kami, dua orang manusia dengan
latar belakang yang berbeda.
Beda Agama, beda suku, beda
prinsip dan beda-beda yang lainnya.
Kerikil kecil itu berubah
menjadi batu tajam yang membuat kakiku terluka.
Berdarah sampai nyaris tak
berbentuk.
Semua kenangan menyakitkan
ini menguap kembali begitu saja saat kami kembali berkomunikasi baru-baru ini. –tentu
saja atas sepengetahuan wahyu-
Awalnya hanya sebagai teman
lama. Tapi semakin sering kami bicara, kenangan itu semakin sulit untuk tidak
muncul kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, membuatku kembali terpojok dalam
luka masa lalu. Tidak bisa dipungkiri. Sedikitnya rasa itu masih ada. Sakitnya masih
terasa.
Wahyu, seperti biasa. Selalu mengerti
dan memahami. Memberi pilihan jika seandainya aku ingin pergi.
Tapi rasanya mustahil. Kami
terlalu berbeda. Kerikil yang sudah menjelma menjadi batu-batu tajam itu sudah
terlalu menyakitkan kakiku. Membuatku tidak ingin kembali memilih jalan yang
salah.
Seperti yang di bilang, beda
agama masih bisa diatasi. Tapi perbedaan suku diantara kami, sampai kapanpun
tidak akan pernah berubah.
Dia pernah menjelaskan segala
sesuatunya dengan rinci kepadaku. Sesuatu menyakitkan yang bahkan tidak
setengahnyapun bisa aku fahami. Yang bisa aku tangkap hanya soal marga. Marga yang
tidak kumiliki dan harus aku beli dengan cara yang tidak mudah.
Dan sekali lagi. Kita tidak
bisa memainkan takdir. Sesulit apapun prosesnya, tentu akan terbayar jika kita
bisa bersanding dengan orang yang kita sayang.
Tapi bukan itu poinnya,
setelah perdebatan panjang, tidak ada satupun dari kami yang mengalah untuk
mengikuti agama yang lain. Keduanya keukeuh. Keduanya tetap pada pendiriannya
masing-masing.
Poin pentingnya, kami tidak
akan pernah bisa memiliki masa depan dengan perbedaan yang satu itu. Tidak akan
ada satu KUApun yang akan menerima kami. Menyakitkan dan miris.
Belum lagi perasaan orangtua
yang harus kami jaga. Semuanya terlalu tidak mudah.
Terlalu banyak yang akan
sakit jika kami memaksakan ini.
Karena demi Tuhan,Aku masih
ingin tetap pada keyakinanku. Dan begitupun sebaliknya.
Dengan segala pertimbangan itulah
aku memutuskan untuk tetap pada jalanku saat ini, bersama seseorang yang
mencintaiku tanpa syarat. Seseorang dengan mata sipit yang selalu mendukung
setiap keputusanku, seseorang yang selalu ada dan menjadi pendengar yang baik.
Sesorang yang melengkapi
semua kekuranganku.
I’m so glad with you,
terimakasih sudah begitu memahami segala kelabilanku, ketidakpastianku dan
egoku yang meledak-ledak.
Terimakasih untuk foto
mesranya yang membuatku marah dan cemburu dalam seketika. Tapi kemudian
menyadari bahwa aku sudah mulai posesif padamu. Terimakasih sekali lagi, sudah
membuatku sadar dengan cara unik dan luar biasa.
Sincerely yours,
Dita Apriliani
0 komentar
Hi Terimakasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya :)
Tapi jangan kasar-kasar, jangan ada link hidup juga karena udah pasti aku block.
komentar ya baik-baik aja, kritik boleh tapi sampaikan dengan bahasa yang baik. salam :)