PROLOG- "Bukan Srikandi"
Sunday, May 18, 2014![]() |
Bukan Srikandi By Dita Apriliani |
PROLOG
Saat ini semuanya menjadi jelas dimata Avery.
Laki-laki yang telah bersamanya selama hampir 3 tahun ini memilih pergi bersama
wanita lain dan memutuskan hubungan mereka. Saat ini Avery dan Lahel, laki-laki
itu tengah duduk di sebuah kafe. Suasana tegang terjadi diantara mereka. Sekuat
tenaga Avery menahan air matanya agar tidak jatuh dan membuatnya terlihat lemah
di mata Lahel. Berkali-kali Lahel menghembuskan nafas beratnya. Masih dengan
wajah dinginnya Lahel menatap lekat wajah Avery. Membuat yang ditatapnya
semakin merasa sesak di bagian dadanya.
Tuhan,
kuatkan aku
Avery meringis dalam hati. Dirasanya ribuan pisau
mencabik-cabik habis hatinya. Membuat dadanya sesak dan seketika kesulitan bernafas.
Rasa hangat menjalar di pelupuk matanya. Oh
damn ! air matanya tak bisa ditahannya lagi. Meluncur dengan sangat mulus
di kedua pipi chubbynya. Sekuat tenaga gadis berwajah oriental itu berusaha
untuk menghentikan cucuran air matanya. Ditengadahkan wajahnya ke atas.
Berharap air matanya tak lagi keluar dan membuatnya menjadi lemah di depan pria
yang telah menyakitinya.
Ingin rasanya saat ini juga ia pergi dari tempat
itu, tapi ntah kenapa badannya seperti sulit digerakkan dan ada semacam keinginan
yang kuat dalam dirinya untuk diam disana. Berharap Lahel menarik kembali
keputusannya dan meninggalkan gadis barunya itu. Dan alhasil, Avery tetap duduk
di tempatnya semula. Berperang melawan sakit di hatinya untuk sedikit harapan
yang sepertinya memang hanya akan menjadi sebuah harapan.
Lahel tetap dingin. Tetap dengan ekspresi
angkuhnya. Matanya tidak lepas memandang gadis di depannya yang sekuat tenaga
berusaha menghentikan tangisnya. Lama-lama Lahel jengah, ia membuang
pandangannya dan dengan menyebalkan malah asyik dengan smartphonenya tanpa
mempedulikan air mata dari gadis yang telah 3 tahun mengisi hari-harinya. Gadis
yang dulu selalu ia sayangi sepenuh hati. Gadis yang harus membuatnya jatuh
bangun saat mengejarnya dulu. Bukan hal mudah untuk Lahel bisa mendapatkan hati
Avery. Terlalu banyak pengorbanan yang ia lakukan untuk mendapatkan gadis itu.
dan ketika akhirnya Avery menerima pernyataan cintanya, Lahel bukan main senangnya.
Bahagia dan haru dalam waktu yang bersamaan. Bahkan dulu Lahel rela melalukan
apapun untuk Avery. Rela mengorbankan apapun untuk membahagiakan gadis itu.
Tapi itu dulu. Ntah mengapa saat ini semuanya berubah 180 derajat. Rasa sayang
yang begitu besar yang dulu selalu ada untuk Avery, sekarang malah hilang ntah
kemana. Rasa ingin bersamapun berubah menjadi rasa ingin berpisah. Lahel
kehilangan semua perasaannya untuk gadis yang sekarang tengah menangis di
depannya ini. Yang tersisa hanya rasa kesal dan benci yang luar biasa
didadanya. Melihat Avery menangispun tak lagi menggugah rasa di hati Lahel.
Semuanya sudah terasa tidak benar. Dan keputusan yang sudah ia utarakan
beberapa menit yang lalu terasa sangat benar. Dia tak bisa lebih lama lagi
bertahan. Lahel sudah tidak bisa lagi mentolerir semua sifat Avery yang
dirasanya terlalu over dan drama. Yang ia inginkan hanya perpisahan dan memulai
hubungan yang baru dengan Nella. Gadis yang baru dipacarinya 2 minggu ini. Yang
membuatnya tega mengucap kata putus kepada Avery. Nella dirasanya lebih baik
dari seorang Avery. Nella lebih dewasa. Lebih pengertian. Dan tentunya Nella
bukan drama queen seperti Avery, fikirnya.
“Kamu yakin nggak akan nyesel ninggalin aku ?”,
suara Avery memecah keheningan di antara mereka.
Lahel berpaling dari smartphonenya. Mengerutkan
alisnya heran. ‘geer lo jadi cewe’
batinnya angkuh. “Nggak” Lahel menjawab singkat dan dengan cueknya kembali
asyik memainkan kembali smartphonenya.
Avery menghela nafas berat mendengar jawaban
arogan dari Lahel, dia mencoba tetap sabar. Meredakan emosi di dalam hatinya.
Bagaimanapun posisinya saat ini tidak aman. Tapi satu yang diyakininya. Ia
harus membuat Lahel berfikir ulang untuk meninggalkannya. Ia harus membuat Lahel
tetap di sampingnya. Tetap menjadi honey-nya
dan menjadi masa depan untuknya. ‘Bagaimanapun
Lahel harus tinggalin cewek itu dan balik sama aku,’ tekadnya dalam hati.
“Fikirin lagi ya, aku mohon. Aku mau berubah buat
kamu, apapun kekurangan aku,” pinta Avery lagi setengah memohon, air mata tak
bisa lagi dibendungnya. Semua pertahanannya sudah habis di depan Lahel.
Lahel mendengus keras. Ada nada kesal di dalam
tarikan nafasnya. “Ngga bisa, Ve. Kita udah nyoba beberapa kali dan kamu selalu
ngga bisa berubah kan ? sifat kamu justru makin parah, makin childish tahu ngga
? aku ngga tahan lagi sama kamu Ve,” jawaban Lahel menohok Avery keras, membuat
air matanya mengalir semakin deras.
“Please..” mohon Avery di sela-sela tangisnya.
“Ngga Ve aku ngga bisa udah ada Nella sekarang.
Dan aku nyaman banget sama dia,”
‘Ya tuhan
sakit,’ Avery
merasakan rasa sakit di bagian dadanya semakin menjadi-jadi, air matanya mengalir
semakin deras dan seolah berebutan untuk terjun bebas di pipinya.
Avery menggelengkan kepanya seolah hal itu bisa
membuat Lahel berubah fikiran. “Aku mohon Hel, kasih aku kesempatan sekali
lagi,”
Lahel tak bergeming. Matanya menatap layar smartphonenya
dingin.
Merasa diacuhkan Avery kembali mengulang permohonannya,”Please
Hel aku mohon,”ulangnya lagi.
Lahel mengalihkan perhatiannya dari smartphonenya.
Menatap Avery dingin. Ada luapan emosi di kedua matanya. Avery begidik takut
saat melihat sepasang mata itu.
“Ngga bisa Ave. Tolong kamu pergi dari hidup aku
dan jangan pernah ganggu aku lagi,”
Skak.
Avery tak mampu lagi bicara. Bibirnya seketika
terkuci rapat saat mendengar kata-kata dingin pria di hadapannya.
‘Semudah itu
Hel? 3 tahun yang bahkan tak bisa lagi membuatmu tetap bertahan untuk tetap
disampingku ? 3 tahun termanis dalam hidupku yang bahkan tidak berarti apapun
untuk kamu. Dan kamu memilih pergi bersama wanita itu,apa ini adil? Kenapa
semudah itu Hel ? dan kenapa rasanya sulit sekali untukku melepaskan kamu?’ batin Avery. Menahan sakit
luar biasa di dalam dadanya.
Kamu pergi,
jangan pernah ganggu aku lagi.
It’s over. The end. Hubungan kami yang hampir 3
tahun ini benar-benar berakhir dan tidak bisa lagi dipertahankan.
Selamat tinggal Lahel.
Kurasakan air mataku jatuh semakin deras. Tanpa
pamit Lahel pergi meninggalkanku begitu saja.
Aku hanya bisa memandang punggungnya dengan air
mata yang sulit kukendalikan.
Aku harus mulai hari baruku tanpa Lahel. Dan aku
tahu itu tidak mudah. Tapi setidaknya aku masih bertahan untuk hubungan ini di
detik-detik terakhir. Ya, setidaknya aku berusaha sebisaku kan?
1 komentar
good article
ReplyDeletedomino qiu qiu
Hi Terimakasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya :)
Tapi jangan kasar-kasar, jangan ada link hidup juga karena udah pasti aku block.
komentar ya baik-baik aja, kritik boleh tapi sampaikan dengan bahasa yang baik. salam :)