Memory 30 April 2011
Saturday, April 19, 2014
Bau khas hujan masih terasa di ujung penciumanku
saat kamu dan tentunya aku sama-sama duduk di kursi teras depan rumahku. Segala
macam topik pembicaraan tak habisnya kita bahas malam itu. Buatku kamu selalu
lucu. Kamu punya sense of humor yang diluar batas, yang membuatku-yang saat itu
sedang bermasalah dengan teman-teman dekatku- sangat-sangat terhibur dengan
kelucuanmu.
Masih terekam dengan jelas di memoryku. Betapa masih
jaimnya kita saat itu. Saat PDKT. Tapi kamu selalu tau cara terbaik untuk
membuatku-yang saat itu masih amat sangat jaim- bisa tersenyum dengan segala
tingkah dan banyolanmu yang lucu. Membuat aku merasa nyaman dan terhibur dengan
adanya kamu.
Saat itu aku fikir kita sudah cukup saling mengenal, dan
aku tanya kamu, kenapa kamu ngga nembak aku ? apa kamu ngga suka? Dan AHA,
mukamu memerah. Aku suka ekspresi malumu guy J kamu manis, dan harus
kuakui. Kamu membuatku menyayangimu saat pertama melihat kamu dengan ekspresi
malumu itu. Kamupun menjawab dengan sedikit canggung. Kalo kamu suka sama aku,
tapi masalahnya kamu ngga bisa nembak cewe.
Aku sempat tertawa saat itu. Kamu ingat ? betapa lucunya
kita saat itu. Dengan malu-malu kamu mulai merangkai kata di depanku. Aku tahu
kamu ngga bisa. Terlihat jelas kamu kesulitan mencari padanan kata yang tepat
untuk memintaku menjadi pacarmu. Tapi aku menerima kamu, aku bilang, yes i’ll.
Aku mau, karena jujur saat itu aku berharap dan begitu berharap kamu bisa
menjadi the right one dalam hidupku.
Kita resmi pacaran. aku bisa liat ekspresi bahagia di wajah
kamu. Aku bisa lihat betapa tulusnya mata kamu saat kamu memintaku untuk
bersamamu. Dan aku tau, kata-kata itu, walaupun dengan begitu sulitnya kamu
rangkai, tapi itu tulus. Jujur, ungkapan hati kamu yang sebenernya. Sama-sekali
aku ngga liat ada kebohongan disitu.
Dan momment yang akan selalu aku ingat adalah waktu kamu
mau pulang, masih di malam tanggal 30 April 2011. Dengan sedikit malu-malu kamu
cium kening aku. Jujur aku kaget. Ko bisa kamu seberani itu ? dan kamu bilang ini
buat ganti, karena aku ngga bener nembak kamunya tadi. Dan kamu tau ? sebagian
dari hatiku menolak, tapi sebagian lagi bahagia. Dan saat itu juga aku
benar-benar berdoa semoga kamu untukku selamanya.
Satu hal yang aku tahu.
Aku sayang kamu.
Hampir 3 tahun kita lewati bersama, bukan hal mudah. Di
tahun pertama banyak sekali cekcok, seringnya kita putus nyambung, tapi aku
masih selalu berharap kamu yang terakhir. Sesakit apapun, aku selalu menerima
kata maaf-mu dan memilih untuk kembali bersamamu. Kesempatan kedua, ketiga,
keempat, kesekian selalu kamu dapatkan. Tahukah kamu ? betapa tidak mudahnya
tetap berdiri tegar tanpa kamu disampingku adalah alasan aku selalu menerimamu
kembali.
Apa kamu ingat ? beberapa kali aku minta kita berpisah. Aku
bilang kita ngga cocok. Karena insting aku jarang salah, boy. Aku liat karakter
kita jauh berbeda. Selera musik kita, makanan favorit kita, pola fikir, dan
yang paling penting prinsip dasar kita dalam sebuah hubungan berbeda. Itu yang
aku bilang kita terlalu berbeda dan tidak ada kecocokan. Aku ingat-ingat lagi,
kita Cuma punya satu kesamaan. Sama-sama benci duren. Cuma itu. dan itu nggak
cukup kuat kita jadikan pondasi dalam hubungan kita.
Andai saat itu kamu lebih mengerti. Andai saat itu kamu
berfikir lebih dewasa. Apa yang aku putuskan tentunya sudah aku fikirkan dengan
matang. Aku meminta berpisah darimu, bukan tanpa tujuan. Juga bukan sekedar
alasan untuk mempermainkanmu. Andai kamu sadar !
Kamu coba lihat sekarang, dengan mudahnya kamu melenggang
pergi meninggalkanku dalam perih. Kamu seenaknya pergi bersama wanita lain
disaat airmataku belum kering. Begitu ironisnya.
Dulu kamu yang memintaku bertahan.
Dulu kamu yang memohon agar aku memberimu kesempatan kedua,
ketiga dan seterusnya.
Dulu kamu yang selalu meyakinkanku bahwa kita akan
baik-baik saja.
Bahwa hanya akan ada ‘kita’
Hanya akan ada aku dalam hati dan kehidupanmu.
Hingga dengan segala sakit aku melupakan semua keraguanku
akan dunia kita yang jauh berbeda.
Hingga aku menutup mataku dari semua kenyataan yang
menunjukkan kita tidak cocok.
Hingga aku memaafkanmu lagi dan lagi.
Membuatmu leluasa berbuat salah lagi dan lagi.
Hingga aku menerimamu kembali.
Mencintaimu kembali
Menyayangimu kembali
Dan akhirnya hancur di tanganmu.
Adilkah ini ?
0 komentar
Hi Terimakasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya :)
Tapi jangan kasar-kasar, jangan ada link hidup juga karena udah pasti aku block.
komentar ya baik-baik aja, kritik boleh tapi sampaikan dengan bahasa yang baik. salam :)