Dear Mantan, aku tahu kamu disana sedang berbahagia bersamanya
Monday, March 10, 2014
Asslamualaikum.
Kepada teman
lamaku, seseorang yang pernah menjadi berarti beberapa tahun belakangan ini.
Seseorang yang dulunya sempat aku fikir akan menjadi imam dalam keluarga kecilku.
Seseorang yang tadinya aku fikir hanya akan ada ‘kita’, yang sekarang telah
bersama ‘bidadari’ barunya. Aku ingin menyampaikan secarik surat ini.
Bukan. Bukan
surat cengeng broken lady. Bukan juga sebuah surat yang ditulis dengan
kebencian yang menggebu-gebu. Ini surat permohonan maafku untuk semua salah
yang terlewati. Yang tidak sempat aku ucapkan langsung dari bibirku.
Teruntuk teman
lamaku yang dulu begitu berarti. Aku sadar sekarang Tuhan begitu menyayangi ku.
Menyayangi kamu. Kita dipisahkan dengan tangisku tapi Tuhan mengganti dengan
yang lebih baik. Kamu bersamanya dan aku dengan mimpi-mimpi dan gairah hidupku
yang muncul kembali setelah kamu pergi.
Tuhan tidak
pernah tidur. Nyatanya tangannya selalu memeluk kita dengan erat. Dimana aku merasa
kesepian, aku datang pada-Nya. Aku bercerita. Seringkali aku cerita tentang
kamu, walaupun aku tahu, tanpa aku bicarapun, Tuhan tentunya sudah bisa membaca
gejolak hatiku. Dan kamu tahu ? Gelisah hatiku berkurang bahkan hilang setiap
kali aku datang pada-Nya.
Tuhan maha
segalanya. Aku tahu bukan ini yang aku mau. Bukan perpisahan semacam ini yang
aku harapkan. Bukan perselingkuhan kamu yang aku inginkan dari hubungan ini.
Tapi realitanya itu yang terjadi. Dan sekali lagi. Scenario Tuhan yang bermain.
Dan aku sadar, aku tidak bisa menyalahkanmu terus-terusan karena kamu memilih
bidadari itu daripada aku. Aku salah. Kamu punya pilihan. Kamu muda, kamu
hebat, kamu menarik, kamu anak Tuhan yang baik dan kamu punya berjuta-juta
pilihan ditanganmu.
Bukan salahmu
jika kamu memilihnya. Bukan salahmu jika kamu pergi dari aku. Bukan salahmu
jika aku menyalahkanmu selama ini. Tapi akupun ikut turut campur dalam proses
‘kesakithatianku’ sendiri. Aku terlalu dan begitu menggantungkan rasaku padamu
selama ini, sehingga saat kamu tak mampu lagi menjaganya aku jatuh. Terlalu
kecewa. Bukan, ini bukan salahmu, tapi salahku.
Teman lamaku
yang baik, yang pernah mengisi hari-hari manisku beberapa tahun ini, maaf untuk
semua salah yang belum sepenuhnya aku akui saat terakhir kita bertemu. Aku
terlalu childish saat itu. Benar katamu. Aku belum sepenuhnya dewasa. Aku belum
mengerti saat seseorang harus pergi dariku. Saat dimana seharusnya aku iklas
melepasmu pergi. Bukan menyalahkanmu di setiap hariku.
Aku menulis ini
dengan harapan suatu saat, kapanpun itu kamu bisa membacanya. Kamu bisa tahu
kalau aku-anak Tuhan yang manja ini- sudah bisa lebih dewasa sekarang. Sudah
bisa lebih iklas melepasmu pergi dariku dan tentunya dengan harapan kamu bisa
lebih bahagia bersamanya.
Teman lamaku
yang dulu selalu mengisi setiap doa dan harapanku. Aku datang padamu dengan
surat ini. Dan suatu saat nanti, yang ntah kapan waktunya aku tidak tahu. Kamu
bisa membacanya. Kusampaikan banyak-banyak terimakasih untuk semua pelajaran
berarti yang kamu ajarkan dalam hidupku. Untuk semua kenangan yang siap kututup
lembarannya dan aku ganti dengan lembaran baru yang lebih berwarna. Untuk semua
tawa, tangis, canda, kasih sayang (yang mungkin pernah ada dihatimu) selama ini
untukku.
Terimakasih
sudah meninggalkanku. Sudah membuatku berfikir lebih baik. Sudah membuatku
jatuh tapi melompat lebih tinggi dari sebelumnya. Sudah membuatku kembali
menemukan mimpi-mimpi dan harapanku yang lama hilang karena aku terlalu sibuk
menyayangimu, mencintaimu setiap waktuku. Terimakasih kuucapkan. Kalau bukan
karena kamu tinggalkan mungkin aku masih jadi pribadi yang dulu. Yang cengeng,
manja dan naïf. Dan aku bangga, saat ini aku bisa lebih baik.
Karena aku tahu
kamu bahagia bersamanya. Kutitip doa untuk kalian. Semoga Tuhan tetap memeluk
erat kita semua dengan tangannya. Dengan kasih sayangnya yang tak pernah henti
untuk kita. Semoga kamu-bersamanya selalu dan selalu mendapat kebahagiaan
dari-Nya. Jangan pernah berfikir aku masih membencimu. Tidak teman. Kita teman.
Baik ataupun tidak akhirnya, manis atauoun tidak kita adalah teman.
Bagaimanapun juga karena kamulah aku sekarang bisa lebih baik dari sebelumnya.
Dan tentu saja buat apalagi aku membencimu ? tidak. Kamu patut bahagia.
Merasakan kebahagiaanku saat ini.
Aku titip salam
kenal untuk bidadari yang saat ini menemani langkahmu. Dia begitu sempurna di
mataku. Terimakasih dia sudah menjagamu dengan baik saat kamu tak lagi
bersamaku. Terimakasih dia sudah menggantikan posisiku dengan amat sangat baik.
Karena aku tak cukup pantas untukmu.
Baik-baiklah
kalian. Doaku menyertai setiap langkah hidupmu bersamanya.
Teruntuk teman
lamaku yang dulu pernah kusayangi dengan segenap perasaanku. Surat ini kuakhiri
dengan salam. Assalamualaikum. Semoga keselamatan menyertai setiap waktu dalam
kehidupanmu. Aku berdoa dan tersenyum untukmu dari tempat ini. Terimakasih dan
maaf untukmu tulus dari hatiku yang terdalam.
Yang
dulu pernah bersamamu berbagi manis,
DITA
APRILIANI
0 komentar
Hi Terimakasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya :)
Tapi jangan kasar-kasar, jangan ada link hidup juga karena udah pasti aku block.
komentar ya baik-baik aja, kritik boleh tapi sampaikan dengan bahasa yang baik. salam :)